Saat ini dan ke depan, industri perbankan syariah nasional dihadapkan pada tantangan yang hebat yaitu krisis keuangan global. Krisis yang berasal dari Amerika Serikat ini membawa dampak yang luar biasa terhadap perekonomian dan sistem keuangan semua negara di dunia, tak terkecuali Indonesia. Lesunya perekonomian global ini dapat menghambat akselerasi perbankan syariah, jika tidak segera disiasati dengan tepat. Penurunan laba dan melemahnya kemampuan berkompetisi bank syariah adalah kemungkinan efek negatif yang timbulkan oleh krisis ini. Namun demikian di sisi lain, kondisi sulit ini juga dapat mendorong bank syariah menciptakan investasi atau pembiayaan baru, mengembangkan metode dan instrumen manajemen likuiditas, serta menguatkan daya tahannya di tengah-tengah krisis.


Pada tahun 1998, bank syariah terbukti mampu survive ketika perekonomian Indonesia diguncang krisis moneter. Sekarang, kemampuan bertahan bank syariah itu kembali diuji. Oleh karena itu, pemain industri perbankan syariah harus menerapkan strategi untuk fokus mempertahankan eksistensi agar kemudian dapat menaikkan posisinya pada situasi pasar yang tidak menentu ini.

Bertahan Hidup
Mengadopsi strategi survival menjadi suatu keharusan bagi manajemen bank syariah agar tetap bisa menjalankan fungsi intermediasi di waktu krisis. Strategi ini mencakup pertama, Strategi Konsolidasi. Strategi ini diaplikasikan melalui perlindungan dan penguatan posisi bersaing bank syariah di pasar. Ini tidak berarti manajemen hanya diam menyaksikan dinamika pasar dan invasi pesaing. Manajemen harus fokus pada core competence bank syariah terutama komitmen pada penerapan prinsip-prinsip syariah, kekuatan struktur modal, dan ketersediaan dana pihak ketiga. Kesadaran untuk memenuhi kompetensi akan membantu peningkatan sumber daya yang dimiliki sehingga memberikan posisi bersaing yang lebih baik dibandingkan pesaing.

Kedua, Keunggulan Biaya. Pencapaian tingkat keuntungan bagi pemegang saham dan deposan yang lebih tinggi dari biasanya akan memudahkan bank syariah menerapkan strategi konsolidasi di atas. Cara terbaik adalah dengan memotong biaya operasional (service cost) yang dikeluarkan. Sesungguhnya struktur modal bank syariah tidak mengandung utang sehingga tidak ada pembayaran bunga tetap kepada deposan atau shahibul maal lainnya. Hal ini memberikan keunggulan bersaing bagi bank syariah dibanding bank konvensional karena tekanan terhadap manajemen terkait pengambilan risiko dan keputusan investasi akan sedikit mengendur. Oleh karena itu, biaya manajerial relatif lebih mudah ditangani daripada biaya bunga.

Ketiga, Merger dan Akuisisi. Berdasarkan pengalaman lembaga keuangan maupun non-keuangan, strategi ini merupakan strategi yang paling umum direkomendasikan. Penggabungan usaha akan berpengaruh positif terhadap skala ekonomi, kemampuan bersaing dan bersinergi bank syariah. Namun ada sedikit catatan yang perlu diperhatikan, yaitu merger dua bank syariah yang lemah hanya akan menghasilkan sebuah bank syariah yang tidak cukup kuat. Perbedaan sifat (sumber dan penggunaan dana, struktur biaya) antara bank syariah dan bank konvensional juga harus benar-benar dipertimbangkan jika diterapkan pada dua jenis bank yang berlainan.

Keluar Menyerang
Strategi ini dapat digunakan bank syariah dengan mengambil inisiatif-inisiatif untuk memaksimalkan peluang dan meminimalisir ancaman. Pertama, Ekspansi Pasar. Krisis keuangan global akan memberikan bank syariah peluang yang cukup terbuka untuk memasuki pasar yang selama ini kurang terjamah. Pasar ini menyediakan nasabah dari sektor baru seperti pembiayaan UMKM, pemberdayaan perempuan, dan kebutuhan pendanaan APBD bagi pemerintah daerah. Ini akan memberikan peluang emas bagi bank syariah untuk memenangkan sektor-sektor baru. Bank syariah dapat memperluas aktivitas pembiayaan dan mendiversifikasi sumber dananya melalui pendirian kantor cabang baru atau berafiliasi dengan bank di segmen pasar yang belum banyak tersentuh ini.

Kedua, Strategi Diversifikasi. Bank syariah bisa mengeluarkan produk baru atau melakukan inovasi terhadap produk yang sudah ada, tentu dengan persetujuan Dewan Pengawas Syariah. Hal ini dapat dikerjakan bersamaan dengan pengenalan segmen pasar yang baru. Strategi ini meliputi pergerakan bank syariah menuju pasar dengan menawarkan produk baru. Bank syariah dapat merambah pasar dengan membawa produk baru pada industri keuangan, seperti pendirian dan investasi di asuransi syariah, reksadana syariah dan lembaga keuangan syariah lainnya. Selain itu, bank syariah dapat melakukan diversifikasi investasinya di luar sektor keuangan melalui investasi langsung ke sektor riil seperti pabrik-pabrik manufaktur, rumah sakit, dan perusahaan industri lain.

Ketiga, Kepemimpinan Dinamis. Krisis juga otomatis memaksa bank syariah mengubah sasarannya secara mendalam dan struktural. Oleh karena itu, pimpinan bank syariah dituntut mengambil tindakan yang responsif, cerdas, dan cukup fleksibel. Karakter kepemimpinan yang unik dan kuat akan menjadi faktor penentu berhasil tidaknya penerapan strategi-strategi yang telah disusun. Para manajer puncak harus mampu mengendalikan aktivitas operasional bank syariah secara stabil melewati badai krisis. Manajer-manajer bank syariah saat ini ditantang untuk lebih berani mengambil keputusan bersifat strategis sebagai bentuk respon atas situasi yang mendesak. Para manajer muda juga dapat diberi kesempatan untuk mengawal bank syariah dan mencoba melakukan berbagai terobosan baru yang inovatif.

Kombinasi usaha di atas diharapkan dapat mewujudkan orientasi industri perbankan syariah nasional menuju kesesuaian dengan fenomena krisis yang terjadi. Sebuah cara yang terintegrasi merupakan isu utama dari strategi-strategi ini. Kerjasama diantara bank syariah akan mempunyai peranan yang signifikan dalam mereduksi efek buruk dari krisis keuangan global. Strategi ini juga berarti membangun kesadaran untuk saling membantu dalam kebaikan (ta’awanu ‘ala al-birri) dan menguatkan persaudaraan antar umat muslim (ukhuwah islamiyah). Sebuah strategi komprehensif yang menyatukan industri perbankan syariah kita di barisan terdepan.

Kategori:
0 Responses

Posting Komentar